GABUNGAN Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) Banyuwangi khawatir terdampak kelangkaan BBM subsidi, khususnya solar. Rata-rata dibutuhkan sekitar 28 ribu liter solar per bulan bagi kapal, baik yang beroperasi di dermaga MB Ponton maupun di dermaga landing craft mechanized (LCM). Kebutuhan itu dikhawatirkan terpangkas.
Ketua Pengurus Cabang Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Banyuwangi Helmi Abdullah, kemarin, mengatakan secara umum kelangkaan solar subsidi mulai dirasakan dampaknya. Khu susnya pada 15 kapal jenis landing craft tank (LCT) yang beroperasi di pelabuhan LCM Ketapang. Adapun, 17 kapal jenis kapal motor penumpang (KMP) yang beroperasi di MB Ponton Ketapang, dampak yang dirasakan belum signifikan.“Secara umum mulai dirasakan, apalagi pengurangan hingga 20% yang diberlakukan Pertamina,“ jelas Helmi.
Kalau di dermaga MB Ponton pengaruhnya masih kecil karena kapal banyak yang off, sepanjang dermaga belum selesai dibangun. Pengaruh yang terasa di dermaga LCT, karena hari operasinya full.
Selain itu, Manajer Operasional PT ASDP (Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) Indonesia Ferry Ketapang Banyuwangi Saharudin Koto menyatakan aktivitas penyeberangan dari dan ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali, masih normal.
“Tetapi, jumlah penumpang cenderung sepi dua hari terakhir ini,“ jelas Saharudin Koto, kemarin.
Adapun, kesulitan mendapatkan premium memaksa sebagian angkutan kota dan perdesaan di Temanggung, Jawa Tengah, tidak beroperasi.
Sekretaris Organda Kabupaten Temanggung Margono menyebutkan ada 637 angkutan yang ada di wilayah itu. “30% angkutan memilih berhenti beroperasi karena rugi, sebab waktu habis untuk antre di SPBU,“ katanya.
Di Sidoarjo, Jawa Timur, kebijakan pembatasan solar bersubsidi memaksa perusahaan otobus menghentikan operasi. (KH/TS/HS/FL/N-4) Media Indonesia, 28/08/2014, hal 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar